Pages

Bungkam dalam Ketidak-adilan

Hari yang begitu melelahkan bagiku. Masih ku ingat tadi pagi ia menyapaku dengan hangat lewat ponsel. Membangunkanku dari mimpi indahku. Ku coba membuka mata melihat isi pesan di layar ponsel. Saat ku buka isi pesannya membuat semangat menjalani hari ini.
Menit demi menit ku lewati, menjalankan aktifitas seperti biasa, namun dengan semangat yang berbeda dalam jiwaku. Ah rasanya hari ini begitu nyaman akan ku jalani. Hingga sore pun tiba, ups! Sayang sekali, hari ini bukan menjadi bagian yang indah dalam hidupku. Kejadiannya begitu cepat. Sebuah pesan singkat yang ku dapat darinya membuatku merasa bersalah atas apa yang terjadi. Ia memberitahuku nilai beberapa mata kuliah. Hariku ini berubah menjadi mendung. Tak ayal membuat pikiranku terus berkelana tak tentu arah. Bukan aku tak mensyukuri atas apa yang telah aku terima, namun yang ada di otakku hanyalah keadaan dia pasca pengumuman nilai mata kuliah itu.
Petang telah berlalu. Setelah masuk waktu magrib dan selesai aku tunaikan ibadah, tiba-tiba... Triiiingg! Ide muncul di kepalaku. Langsung ku sambar ponsel di meja. Aku bertanya pada temanku mengenai nomer HP dosen yang bersangkutan (sebut saja Mr. X). Tak lebih dari 1 menit, nomer Mr. X itupun sudah aku simpan di phone book ponsel. Kini aku tinggal memencet tombol call di ponsel untuk menelepon Mr. X tersebut. Awalnya ragu, namun aku beranikan diri untuk menelepon Mr. X. Telah aku pikirkan resiko apapun yang akan terjadi akan aku terima. Semua ini demi dia, aku ngga mau dia kembali down.
Akhirnya teleponku dijawab dari seberang sana.
Aku: "Halo. Selamat sore Mr.X. Ini saya bla bla bla bla bla........"
Mr. X: "Kan saya sudah kasih kunci jawaban UASnya kemarin."
Aku: "Tapi Mr.X, saya bla bla bla bla......"
Mr. X: " Iya, kan saya bilang kunci jawabanya sudah saya kasih kemarin. Kenapa kamu ngotot meminta hasil ujian kamu! Kamu kan pasti inget pas ujian kamu mengisi apa, tinggal samakan saja dengan kunci jawaban yang saya kasih!"
Aku: "Tapi Mr.X, bla bla bla bla......"
Mr.X: "Sudah! Siapa nama kamu?"
Aku: "Nama saya bla bla bla....."
Mr.X: "Kamu sudah lulus! Ya sudah kan beres?!"
Aku: "Yaudah Mr.X, makasih. Selamat sore!"
Dengan nada kesal aku tutup teleponku itu. Tak ku dapat hasil yang aku inginkan, langkahku gontai menyusuri dinginnya malam di kota Kembang ini. :(
Susahnya mencari keadilan di sekumpulan kedok-kedok pengecut yang tak mau dirinya terinjak hanya karena menginginkan goal yang menakjubkan yang padahal pada kenyataanya semua itu didasari atas keuntungan individual.

0 komentar: